Sadarsibarani’s Weblog

October 28, 2008

KULI KERJA PAKSA

Filed under: Pemikiran — rajabatak2 @ 11:38 am
Tags: , ,

Yang baru diuraikan di atas adalah perubahan-perubahan yang dibawa oleh penjajah Belanda, khususnya penataan dalam sistem tatanan masyarakat. Sistem pemerintahan baru ini merombak sistem persekutuan yang dahulu hidup di tengah masyarakat. Apabila dahulu sistem persekutuan tersebut lebih banyak ditujukan untuk menyelenggarakan persembahan (horja), persekutuan yang dibentuk Belanda lebih banyak ditujukan sebagai perpanjangan tangan pemerintah. Orang-orang yang ditunjuk akan diberi besluit pengangkatan dan, di samping itu, mereka juga diberi gaji. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa jabatan itu menjadi rebutan.

Selain itu, ada banyak lagi aturan yang dibuat oleh pemerintah penjajah setelah Tanah Batak resmi dijadikan sebagai tanah jajahan Belanda. Salah satu di antaranya adalah pembayaran belasting (pajak). Orang yang menolak untuk membayar pajak dapat disandera (gijzeling). Tahanan hanya boleh dibebaskan apabila pajaknya sudah dilunasi.

Di luar itu, ada juga aturan tentang rodi. Pemerintah penjajah mewajibkan setiap kepala kampung mengirimkan sejumlah pria dewasa untuk mengerjakan fasilitas umum tanpa dibayar. Tenaga kerja ini biasanya dikerahkan untuk membangun sejumlah jalan raya. Jalan raya inilah yang oleh orang-orang tua dinamakan dalan kuli karena jalan tersebut dikerjakan oleh kuli-kuli tanpa bayaran tadi. Kuli-kuli ini hanya diberi makanan dan minuman seadanya. Pengiriman tenaga kerja ini menjadi tanggung jawab kepala kampung. Seseorang dapat menolak dengan cara memberikan penggantian sejumlah uang yang setara dengan upah satu tenaga kerja.

Jalan raya pertama yang dihasilkan adalah ruas yang menghubungkan Sibolga dan Tarutung. Jalan yang berliku-liku ini dikerjakan kuli kerja paksa (rodi). Menyusul kemudian jalan raya yang menghubungkan Tarutung dan Balige sampai Porsea dan kemudian jalan raya yang menghubungkan Sibolga dan Padang Sidimpuan. Pembuatan jalan raya ini persis sama seperti pembuatan ruas dari Anyer ke Panarukan, yang dikerjakan oleh kuli-kuli kerja paksa pada jaman Daendels.

Hal inilah yang menyebabkan timbulnya perubahan besar dalam kehidupan orang Batak. Aturan-aturan lama akhirnya digusur oleh aturan-aturan baru. Perubahan besar ini digambarkan dalam kata-kata nunga mumpat taluntuk, sega gadu-gadu, nunga mago uhum na buruk, ro uhum na imbaru (kayu patok telah tercabut, pematang sawah telah rusak, aturan lama telah hilang, diganti dengan aturan baru).

Create a free website or blog at WordPress.com.