Sadarsibarani’s Weblog

October 28, 2008

HENRY LYMAN DAN SAMUEL MUNSON

Henry Lyman dan Samuel Munson adalah orang kulit putih yang datang ke Tanah Batak “hanya untuk mengantar nyawa.” Kedatangan kedua pendeta dikirim oleh American Baptist Mission (Gereja Baptis Amerika), untuk melanjutkan pekerjaan British Baptist Mission yang terbengkalai. Kedatangan kedua menambah seram cerita disekitar suku pedalaman ini yang sebelumnya telah muncul dalam buku William Marsden.

Kedua penginjil ini datang ke Tanah Batak atas permintaan Elout lewat isterinya yang mempunyai kerabat di gereja Baptist Amerika. Mereka datang hanya bermodal tekad tanpa pengetahuan bahasa dan adat kebiasaan setempat. Membayangkan bahwa Tanah Batak adalah serupa dengan praire di Amerika mereka melengkapi diri dengan senjata berburu yang dimaksudkan selain untuk jaga diri, sekaligus berburu binatang yang dapat djadikan sebagai santapan. Setelah mendarat di Sibolga, mereka berangkat ke pedalaman dengan beberapa orang penunjuk jalan dan tukang pikul barang-barang.

Sampai didekat perkampungan di Sisangkak mereka beristirahat melepas lelah. Sewaktu beristirahat ditempat yang agak jauh mereka melihat semak bergerak-gerak. Menyangka semak yang bergerak itu adalah akibat binatang buas, tanpa selidik binatang itu di tembak. Alangkah terkejutnya setelah diperiksa binatang itu adalah seorang wanita tua, yang mengintip kedua manusia aneh yang berjalan didepannya. Letusan senjata itu menggemparkan kampung Sisangkak, lalu mengusut dari mana arah datangnya suara. Lyman dan Munson, berusaha menyalamatkan nyawa wanita tua tersebut sementara penunjuk jalan dan tukang pikul barang sudah lebih dahulu melarikan diri. Peduduk memberitahu, Panggalamei ponakan wanita tua tersebut, yang kemudian datang ramai-ramai. Tembakan dari jarak dekat, menyebabkan nyawa wanita tua itu tidak terselamatkan. Lyman dan Munson tidak kuasa memberi penjelasan karena keterbatasan bahasa.

Panggalamei adalah seorang manusia trengginas. Dia ditakuti, bahkan oleh penduduk setempat. Dia gemar bermain judi, walau sering kalah dan kalau kalah dia suka mengamuk. Manusia seperti inilah yang dihadapi kedua penginjil ini yang apa boleh buat, berlakulah hutang nyawa dibayar nyawa (hosa do ali ni hosa). Keduanya dibunuh dan untuk menghilangkan jejak, mayatnya dibuang ke jurang yang dalam. Perintah untuk tidak berbicara kepada siapa pun, tentang kematian kedua orang kulit putih ini, menyebabkan penyelidik dari Amerika yang datang kemudian, menemukan penduduk yang tutup mulut. Hal ini menyebabkan bertambah seramnya cerita manusia yang hidup di pedalaman ini.

Begitu pula waktu Nommensen, mendatangi Panggalamei di Sisangkak mencoba menyelidiki kematian kedua penginjil ini. Panggalamei begitu terkejut mengira yang datang adalah hantu manusia yang dibunuhnya. Dengan alasan akan memberi tahu isterinya, Panggalamei menghilang kedalam hutan dan tidak muncul-muncul. Nommensen pun tidak mendapat keterangan apa-apa, baik dari Panggalamei maupun penduduk setempat.

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.